Maskapai penerbangan asal Australia, Qantas, telah mengatakan bahwa pihaknya akan memberhentikan 2.500 stafnya. Hal ini terpaksa dilakukan oleh pihak maskapai karena adanya lockdown di Sydney yang berdampak pada perjalanan udara di seluruh Australia.
Sejak Juni kemarin wabah Covid varian Delta yang sangat menular ini telah memaksa pemerintah Australia untuk melakukan lockdown di beberapa kota dan negara bagian. Hal ini menyebabkan hampir semua negara bagian Australia telah melarang pelancong dari sejumlah kota terbesar di Australia. Bahkan Kepala Eksekutif Qantas Alan Joyce mengatakan wabah Delta terbaru telah menyebabkan ribuan penerbangan dibatalkan.
Joyce menjelaskan bahwa saat ini salah satu layanan penerbangan dengan biaya murah milik Qantas, Jetstar, telah kehilangan sekitar 60% bisnis domestik mereka dari Mei hingga Juli.
Selain itu pada Mei kemarin, maskapai juga telah menyampaikan laporan kerugian tahunan lebih dari A$ 2 miliar (US$ 1,5 miliar) atau sekitar Rp 21,7 triliun dan berharap untuk rebound melalui perjalanan domestik. Namun hal ini tidak dapat mereka lakukan lantaran adanya sejumlah lockdown di sejumlah kota dan negara bagian pada Juni kemarin.
Karenanya maskapai tidak bisa lagi mempertahankan 2.500 pekerja. Meski demikian pihak Qantas mengatakan kalau mereka akan membayar stafnya hingga pertengahan Agustus mendatang, setelah itu para pekerja dapat mengajukan bantuan dari pemerintah.
Sebagai informasi, tahun lalu Maskapai Qantas secara terpaksa telah memecat sekitar 6.000 staf miliknya. Jumlah pekerja yang terkena PHK ini merupakan sekitar seperlima dari seluruh tenaga kerja yang dimilikinya saat itu.
Sumber Foto : Linkedin