Dalam sebuah kolom opini di The Strait Times, Satgas Covid-19 Singapura yang dikomandoi oleh tiga menteri, Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Gan Kim Yong, Menteri Keuangan Lawrence Wong, dan Menteri Kesehatan Ong Ye Kung, mengatakan bahwa prioritas dalam beberapa bulan ke depan adalah menyiapkan Singapura untuk hidup berdampingan bersama COVID-19. Mereka menganggap Covid-19 sebagai penyakit yang akan terjadi lagi dan dapat dikendalikan.
Singapura juga telah memvaksinasi sekitar setengah dari 5,7 juta penduduknya. Setidaknya, satu dosis vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna. Kecepatan vaksinasi Singapura untuk warganya relatif tinggi, tapi lambat dalam melanjutkan kegiatan sosial dan perjalanan jika dibandingkan negara lain dengan tingkat inokulasi serupa.
Saat ini, Singapura masih menerapkan sejumlah peraturan yang begitu ketat. Misalnya untuk dine-in di restoran, hanya dibatasi maksimal dua orang saja. Untuk pernikahan, Pemerintah Singapura bahkan masih melarangnya hingga 22 Juli mendatang. Sekolah fisik boleh dilakukan untuk siswa/siswi berumur 18 tahun ke atas. Terbatas hanya 50 orang per kelas dalam grup berisi lima orang. Sedangkan untuk kegiatan olahraga di gym hingga bioskop, Pemerintah Singapura telah membolehkan. Syaratnya, menerapkan social distancing dan dengan kuota terbatas.
Walau begitu ketat soal COVID-19, Singapura masih membuka pintunya untuk wisatawan dengan syarat. Khususnya bagi traveler dari negara dengan tingkat infeksi COVID-19 tinggi seperti Indonesia. Pemerintah Singapura mewajibkan traveler dari negara dengan tingkat infeksi COVID-19 untuk melakukan tes swab PCR lebih dulu dan melakukan karantina selama minimal 14 hari di fasilitas negara yang telah ditentukan.
Sumber Foto : Traveling Aja Dulu