Sejak pemerintah mengumumkan pandemi virus Corona. masyarakat adat Baduy memang langsung menutup diri dari wisatawan. Selain itu, warga juga disiplin menerapkan protokol kesehatan, yakni dengan memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan dengan sabun. Bahkan, tetua adat setempat mengimbau masyarakat Baduy tidak boleh ke luar daerah seperti Jakarta, Tangerang dan Bogor yang menjadi daerah penyebaran COVID-19.
1. Lokasi pemukiman Suku Baduy berada di kaki pegunungan Kendeng di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Itu berjarak sekitar 40 km dari Rangkasbitung, pusat kota di Lebak, Banten.
2. Suku Baduy memiliki tiga lapisan, yakni Baduy Dangka, Baduy Luar, dan Baduy Dalam. Warga Baduy Dangka sudah tinggal di luar tanah adat. Mereka tak lagi terikat oleh aturan atau kepercayaan animisme Sunda Wiwitan yang dijunjung Suku Baduy. Mereka juga sudah mengenyam pendidikan dan paham teknologi. Lalu warga Baduy Luar merupakan yang tinggal di dalam tanah adat. Mereka masih menjunjung kepercayaan Sunda Wiwitan. Eksistensi Baduy Dalam dilindungi oleh Baduy Dangka dan Baduy Luar. Kedua lapisan ini bertugas menyaring “hempasan informasi dari dunia luar” sehingga adat istiadat Suku Baduy tetap terjaga.
3. Suku Baduy mengenal dua sistem pemerintahan, yaitu sistem nasional, yang mengikuti aturan negara Indonesia dan sistem adat yang mengikuti adat istiadat yang dipercaya masyarakat.
4. Suku Baduy mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa yang diutus ke bumi.
5. Suku Baduy memiliki angklung spesial, namanya angklung buhun atau angklung kuno. Angklung itu berukuran 50-150 cm. Satu set angklung ini berisi sembilan buah angklung dan tiga beduk.
Kontributor: Ariska Fardhini