Para ilmuwan mengusulkan mayat dimasukkan ke dalam kantong Gore-Tex, kantong jenazah ruang angkasa, dan disegel. Tahapan ini memungkinkan etika penghormatan kepada anggota kru yang gugur.
Selanjutnya, Body Back dikirim ke Mars. Pasalnya, mengirim mayat kembali ke Bumi adalah hal yang tidak mungkin. Mereka juga tidak dapat dikremasi, karena nyala api, tekanan oksigen, dan lingkungannya tidak sama dengan di Bumi.
Jadi, tim beralih ke cara promession, yaitu teknik penguburan ekologis dengan membekukan dan menggetarkan jenazah hingga tubuh hancur menjadi debu. Cara ini berpotensi mengembalikan mayat ke ekosistem dalam bentuk bentuk pupuk, jika mereka ingin memanfaatkannya.
Solusi ini ditemukan oleh pendiri Promessa, Susanne Wiigh-Mรคsak, dan ditawarkan ke berbagai lembaga hingga 2015. Ide ini sempat dibantah oleh para kritikus yang mengatakan tidak mungkin menggunakan cara ini.
NASA jadi salah satu lembaga yang masih penasaran dengan solusi tersebut, dan memikirkan cara untuk mewujudkannya di luar angkasa. Idenya adalah dengan menempatkan tubuh di dalam tas dan menyimpannya ke suhu ruang yang beku.
Setelah cukup beku, tas berisi mayat tersebut akan digetarkan oleh lengan robot sampai menjadi bubuk halus. Debu ini kemudian bisa disimpan, siap untuk dikembalikan ke pihak keluarga berbarengan dengan kru pesawat luar angkasa pulang ke Bumi, atau digunakan sebagai pupuk.
Namun opsi kedua masih diperdebatkan karena diperlukan studi lebih lanjut untuk membuktikan praktik penguburan terestrial bisa mengubah mayat menjadi kompos.
Sumber Foto : Merdeka.com