Ketua YLKI Tulus Abadi mengatakan, GeNose memiliki akurasi yang rendah. Dia mengatakan, rendahnya akurasi hasil tes GeNose ini mengkhawatirkan karena bisa menghasilkan hasil negatif yang ‘palsu’. Dia juga mengatakan, faktor harga seharusnya bukan pertimbangan utama. Sebab, hal ini terkait dengan keselamatan dan keamanan seseorang.
Senada, Ahli biologi molekuler Ahmad Utomo juga menyarankan agar pemerintah kembali mengacu pada penggunaan alat tes deteksi Corona yang sudah baku dan diakui secara internasional. Ia mengatakan, hingga kini penggunaan GeNose memang belum didukung oleh bukti validasi eksternal sebagai uji keterpaparan COVID-19.
Ia menyoroti cara kerja GeNose. GeNose kata dia, sama sekali tidak mendeteksi komponen virus yang ada di dalam tubuh pasien yang diperiksa layaknya seperti yang dilakukan pada pemeriksaan penggunaan alat tes Swab Antigen atau PCR.
GeNose hanya mendeteksi beberapa jenis gas yang terkandung dalam uap napas yang diembuskan pasien. Dari sana, alat yang terhubung dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) pada perangkat lunak GeNose akan mendeteksi ada tidaknya kandungan gas yang umumnya dikeluarkan oleh pasien yang sudah terkonfirmasi COVID-19.
Sumber Foto : Tirto.id