Orang-orang yang berjuang untuk pulih dari long Covid tak hanya berusaha melawan sisa-sisa virus SARS-CoV-2. Sistem kekebalan tubuh mereka juga mungkin susah payah menghajar virus lain.
Sejak penyintas COVID-19 pertama kali mulai melaporkan efek jangka panjang penyakit tersebut, banyak gejala mereka yang tersisa seperti kelelahan dan kabut otak, dibanding-bandingkan dengan sindrom kelelahan kronis atau myalgic encephalomyelitis (CFS/ME).
Penelitian terbaru menunjukkan, hal itu bukan suatu kebetulan. Dalam beberapa kasus, kedua penyakit kronis itu mungkin memiliki akar yang sama. Sebuah studi yang dilakukan terhadap 185 pasien COVID-19 di Amerika Serikat telah menemukan sebagian besar pasien yang mengalami long Covid yang diuji oleh para peneliti, positif untuk reaktivasi virus Epstein-Barr (EBV).
EBV adalah salah satu infeksi virus yang paling umum. Sebagian besar orang di seluruh dunia tertular virus di beberapa titik dalam hidup mereka, dan setelah fase infeksi akut, versi virus yang tidak aktif bertahan di dalam tubuh seumur hidup. Dikutip dari Science Alert, terkadang EBV dapat aktif kembali dan menyebabkan gejala seperti flu, seperti selama periode stres psikologis atau fisiologis seperti yang terjadi saat pandemi saat ini.
Terlebih lagi, banyak dari gejala yang dilaporkan sangat mirip dengan yang muncul dari reaktivasi EBV, termasuk kelelahan ekstrem, ruam kulit yang sering dan fenomena Raynaud yang menyebabkan penurunan aliran darah ke jari tangan dan kaki.
Meskipun ukuran sampel yang dipelajari di sini sangat kecil, hasilnya menunjukkan banyak gejala long Covid mungkin sebenarnya tidak muncul dari SARS-CoV-2 itu sendiri, tetapi dari reaktivasi EBV, yang berpotensi dipicu oleh peradangan COVID-19 yang meluas.
Di antara 185 pasien COVID-19 yang dipilih secara acak, para peneliti menemukan hampir sepertiga mengalami gejala yang berlangsung selama berbulan-bulan, kadang-kadang bahkan lebih dari setahun. Dalam sampel acak dari subjek penelitian, hampir 67% pasien long Covid menunjukkan antibodi untuk reaktivasi EBV dalam darah mereka. Pada saat yang sama, hanya 10% pasien tanpa long Covid yang dinyatakan positif reaktivasi EBV.
Para peneliti juga menguji kelompok kedua yang terdiri orang dengan diagnosa COVID-19 21-90 hari sebelumnya. Bahkan pada subjek jangka pendek ini, rasio reaktivasi EBV tampak serupa.
Sumber Foto : Kompas