Perusahaan teknologi asal Inggris Tokamak Energy mencoba menciptakan kembali fusi nuklir yang sering disebut sebagai Matahari buatan. Mereka mengklaim diri sebagai pemimpin dalam perlombaan mengembangkan perangkat fusi komersial yang akan merevolusi sektor pembangkit energi.
Tidak seperti reaktor fusi nuklir konvensional, di mana energi dilepaskan dengan membelah atom uranium, pembangkit listrik fusi tidak bisa meleleh seperti bencana Chernobyl tahun 1986, yang melepaskan gumpalan radioaktif.
Reaktor fusi yang tidak berfungsi nantinya akan menjadi dingin, karena proses fusi gagal. Selain itu, bahan bakar reaktor fusi tidak akan habis-habisnya dan sangat murah karena bahan bakunya, hidrogen, dapat diperoleh dari air laut. Listrik yang dihasilkan reaktor fusi tidak hanya benar-benar nol karbon tetapi juga kebal terhadap perubahan cuaca.
Menurut salah satu pendiri dan wakil ketua Tokamak Energy, Dr David Kingham, dalam beberapa bulan, reaktor Didcot yang dikenal sebagai ST 40 akan melewati tonggak sejarah ketika plasma mencapai 100 juta derajat Celcius. Pencapaian ini enam kali lebih panas dari jantung Matahari.
Optimisme Dr Kingham ditanggapi dengan serius, baik oleh pemerintah maupun investor. Sekretaris Negara bidang Bisnis, Energi dan Strategi Industri Kwasi Kwarteng bahkan mengunjungi pabrik Didcot dan menyebutkan bahwa Tokamak akan berkembang secara dramatis.
Hingga saat ini, Tokamak disokong dana 150 juta poundsterling dari investor swasta dan hibah pemerintah sebesar 10 juta poundsterling. Tenaga kerja yang dimilikinya saat ini sebanyak 165 orang, termasuk di dalamnya sejumlah ilmuwan top Inggris dan dari seluruh dunia. Jumlah tenaga kerja ini direncanakan akan ditambah dua kali lipat pada akhir tahun depan, karena mereka berencana membuka laboratorium dan bengkel baru.
Dia menjelaskan, kunci keberhasilan perusahaan adalah dua inovasi penting. Yang pertama, mengembangkan dan mematenkan magnet superkonduktor suhu tinggi yang hanya menggunakan sepersepuluh energi, menggunakan zat yang dikenal sebagai Barium Tembaga Oksida Bumi Langka.
Inovasi kedua adalah bentuk reaktor yang dibuat seperti apel dengan inti di bagian tengahnya. Kebanyakan Matahari buatan lainnya, membuat desain reaktor fusi seperti donat dengan rongga di bagian tengahnya. Perubahan desain seperti apel, menurut Dr Kingham, jauh lebih efisien.
Saat ini, sejumlah negara berlomba mengembangkan fusi nuklir seperti Matahari, selain Inggris, ada China, Korea Selatan, Amerika Serikat, Rusia, dan India yang membuat Matahari buatan.
Sektor swasta pun tak mau ketinggalan terjun di bidang serupa. Perusahaan teknologi yang juga sedang mengembangkan fusi nuklir antara lain perusahaan teknologi aviasi asal AS Lockheed Martin dan raksasa retail online Amazon milik Jeff Bezos. Selain itu, ada juga proyek internasional reaktor fusi International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER). Reaktor yang sedang dibangun di Prancis selatan ini diperkirakan akan menjadi reaktor fusi terbesar di dunia ketika mulai beroperasi pada tahun 2035.
Sumber Foto : Pikiran Rakyat