Kematian Wakil Bupati (Wabup) Sangihe Helmut Hontong, yang meninggal di udara, dinilai janggal oleh sejumlah pihak. Dorongan agar polisi mengusut kasus ini pun mencuat. Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menilai kepergian Helmut tidak wajar karena mendadak dan misterius. Apalagi Helmut terkenal dengan sikap penolakannya terhadap tambang di Sangihe.
Ajudan Helmut, Harmen Rivaldi Kontu, menceritakan detik-detik meninggalnya Wabup Sangihe Helmut Hontong di pesawat rute Denpasar-Makassar. Harmen mengatakan, sebelum meninggal, Helmut sempat memberitahukan kepadanya bahwa sudah merasa pusing. Pada saat itu, dia diminta menggosokkan minyak kayu putih di bagian belakang dan leher.
Setelah lehernya digosok dengan minyak kayu putih, Helmut tidak lagi merespons. Bahkan Harmen mengatakan ada darah yang keluar dari mulut dan hidung Helmut.
“Sekitar 5 menit itu saya lihat Bapak langsung tersandar. Saya panggil dan kore-kore (colek) namun sudah tidak ada respons lagi. Saya langsung panggil pramugari, namun tetap Bapak tidak ada respons. Kemudian keluar darah lewat mulut. Tak lama kemudian darah keluar dari hidung,” kata Harmen
Harmen mengatakan, setelah keluar darah, ada seorang pramugari yang meminta bantuan. Menurut dia, pramugari tersebut menanyakan apakah ada dokter atau tenaga medis yang ikut dalam penerbangan itu. Kata Harmen, karena ada dokter, Wabup Helmut langsung dibawa ke bagian belakang untuk mendapatkan penanganan medis.
Harmen saat itu duduk di samping Helmut. Tindakan terakhir yang diambil dokter di dalam pesawat yaitu diberikan suntikan guna memacu jantungnya. Namun nadinya tak ditemukan akhirnya pemberian suntikan dibatalkan.
Tak lama setelah landing, Wabup Helmut langsung ditangani pihak dokter dari Bandara Hasanuddin, Makassar. Menurutnya, setelah memeriksa, dokter kemudian menjelaskan Wabup Helmud telah meninggal dunia.
Sumber Foto : Tirto.id